About


Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Cerpen sahabat

Friendship
           Embun yang menyambut pagi serasa membuat tubuh dingin bersama semilir-semilir angin mulai merasuki tubuh melalui celah jendela mobil yang menghantar Gita sekolah. Takkan terlewatkan hari pertama masuk SMA yang selama ini diidolakan. Rasanya ia tidak sabar mencoba pengalaman baru dengan suasana baru. Di sekolahnya ia juga mendapatkan sahabat baru, yaitu Eci dan Tasya. Mereka  baru saja berkenalan saat di kelas.
“Kriiinggggg……” tanda bel  pulang sekolah, seluruh siswa bergegas keluar dari kelas mereka masing-masing.

Gita Segera merapikan peralatan tulis yang ada di meja, dan ia langsung keluar dari kelas.
“Gitaaaa” terdengar  suara memanggil , Gita mencoba  berbalik badan.
“Tasya….”
“ mau pulang??”.
“iya. Kamu pulang naik apa?”  balas Gita.
“naik bus.”
“barengan sama aku aja ya?” tawar Gita
“boleh,ayoo”.
Akhirnya mereka pulang bersama naik mobil Gita.
 Gita memang anak orang yang kaya, Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi. Meskipun demikian ia tidak sombong. ia tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Sikap ramah dan suka menolong itu yang membuat Gita disegani dan memiliki banyak teman. Diantara kedua sahabatnya itu Gita lebih dekat dengan Tasya. Meskipun Tasya bukanlah orang kaya seperti Gita, tapi ia seorang yang sederhana, jujur dan apa adanya. Di sekolah Tasya juga seorang yang berprestasi.
“Krrriiiiinggg……….” Bel istirahat
Gita, Tasya, Eci bergegas keluar kelas
“ayo ke kantin” ajak Gita
“ayooo” Eci setuju
“Ayo sya…” ajak Gita
“tidak, aku lagi tidak punya uang”
“ya ampun,, kamu nggak punya uang sya?” ejek Eci
“husss, nggak boleh gitu,, ya sudah saya traktir aja ya?”
“nggak usah “
“Nggak apa kog, pokoknya tidak boleh ditolak” tawar Gita
Tasya menyetujui ajakkan sahabatnya itu. Dalam perjalanan ke kantin terdapat segerombolan siswa yang melihat papan pengumuman, karena merasa penasaran mereka bertiga menyempatkan melihat berita yang ditempel di MADING itu.
“Audisi Olimpiade Kimia?”
“ keren banget, aku pengen ikut… tapi mahal sekali biaya pendaftarannya!” Tasya mencoba keluar dari para gerombolan siswa
“itu kan cuma seratus ribu sya” timpal Eci
“kamu mau ikut sya?” Tanya Gita
“Enggak kog”
“kamu itu kan pintar sya, jadi sayang kalau tidak ikut” gita mencoba membujuk
“tapi biayanya mahal, aku tidak punya uang sebanyak itu”
“sudahlah itu masalah gampang, yang penting kamu ikut dulu. Oke?”
“iya”
Gita memang suka menolong sahabat-sahabatnya yang kesulitan. Termasuk mendaftarkan Tasya untuk seleksi olimpiade Kimia.
“Alhamdulillah “ ungkap syukur Tasya setelah melihat papan pengumuman sebagai perwakilan sekolah dalam ajang olimpiade kimia tingkat nasional yang diselenggarakan oleh salah satu universitas negeri ternama di Surabaya. Inilah kesempatan emas untuk memenangkan. Hadiahnya pun cukup menggiurkan yakni uang tunai sebesar Rp 10 juta. ini sangat membantu Tasya dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarganya beberapa bulan kedepan. semenjak ditinggal pergi ayahnya sewaktu berusia 3 tahun, ibunya lah yang menjadi tulang punggung keluarga.dan ia harus membantu orang tuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk saat ia hanya bisa berdo’a dan berusaha keras bagaimana memenangkan kompetisi yang dilaksanakan sebulan mendatang, dan ia tidak ingin mengecewakan sahabat yang telah membantunya itu.
“ selamat ya sya, kamu memang hebat” Gita menyodorkan tangan
“terimakasih git, kamu memang sahabatku yang baik” tasya memeluk Gita.
“selamat sya” tambah Eci
“iya ci, makasih”
“oiza, kemarin papaku baru pulang dari Dinasnya keluar kota dan membelikanku jam tangan baru, bagus kan?”
“bagus sekali Git,,” Eci merasa kagum.
“iya bagus” tambah Tasya.

“Kriiinggggggg………” bel istirahat sekolah
Tasya terburu-buru karena ada urusan dengan bu Eka. Dalam perjalanan keluar ia mendapati Eci sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya. Sepintas ia mendengar percakapannya yang sempat terdengar nama Gita disebut.
“wah jam tangan baru ya ci” goda teman Eci
“iya donk, buat apa punya teman orang kaya tapi nggak dimanfaatin”
“maksud kamu apa ci?” Tanya heran temannya
“itu, aku ambil dari tas Gita, habisnya barang-barangnya selau baru dan bagus-bagus. Kan buat aku pengen”
“haaa!!! Jadi kamu nyuri?”
“biarin”
Mendengar percakapan sahabatnya itu Tasya kaget, ia tidak menyangka kalau sahabatnya itu tega melakukan kepada temannya sendiri
“Ecii….” Suara Tasya
Dengan kaget Eci menoleh kearah suara dan ternyata Tasya
“Tasya!! Sejak kapan kamu disitu?” Eci gugup
“kenapa kamu tega sekali mengambil barang Gita?”
“siapa suruh pamer barang di depanku, awas aja kalau kamu berani mengadukan ke Gita” Eci melantangkan suara.
Eci segera meninggalkan Tasya.
Tasya merasa dilema. Dalam hati ia ingin memberi tahukan kepada Gita tetapi dilain sisi ia juga takut akan ancaman Eci. Setelah beberapa kali ia memikirkan, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu Gita tentang apa yang dilakukan Eci.
Tasya bergegas menemui Gita
 “Git,, ada yang ingin aku bicarakan”
“sama sya,”
“sya, jam tangan pemberian papa hilang sya!! Aku harus gimana donk?”
“ iya itu yang mau aku bicarakan ke kamu”
“memangnya ada apa sya?” Tanya Gita
“kemarin aku lihat Eci sedang ngobrol dengan temannya, dan ternyata dia yang mengambil jam tangan kamu git”
“tidak mungkin sya, Eci itu sahabat kita, jadi nggak mungkin ngelakuin itu”
“awalnya aku memang tidak percaya git”
“kamu jangan bohong sya, jangan menuduh orang lain tanpa bukti” Gita meninggalkan Tasya
Eci mengetahui pembicaraan mereka berdua, ia merasa kesal dengan Tasya. Ia berinisiatif memasukkan jam tangan Gita kedalam tasnya Tasya tanpa sepengetahuan siapa pun.
“ku dengar jam tangan kamu hilang ya git?”
“iya”
“kita harus lapor ke guru BK”
“iya”
Akhirnya mereka mengadukan ke guru BK. Dan hari itu pula dilakukan operasi penggeledahan tas. Satu per satu tas siswa digeledah. Dan ternyata jam tangan tidak ada di tas Eci, Gita pun merasa lega ternyata bukan Eci yang mengambil jam tangannya, ia menduga Tasya telah berbohong. Akhirnya bu wiwik mendapati jam tangan Gita ada didalam tas Tasya.
“apakah ini jam tangan kamu yang hilang Git?” Tanya bu wiwik
“iiiiya bu”
“kenapa bisa ada di tas kamu Tasya?” Tegas bu wiwik sambil mengintrogasi
“saaaaya tidak tahu kenapa ada di tas saya bu” Tasya gugup
“tapi itu buktinya ada di tas kamu sya, berarti kamu pencurinya” sela Eci
“sekarang kamu ikut saya ke ruang BK” Ajak bu wiwik
“taapiii buuu” elak Tasya
“sudah ikut saja”
Di ruang BK Tasya mendapat introgasi dari bu Wiwik, dan Tasya mencoba menjelaskan yang terjadi.
“saya tahu, dan saya juga tidak percaya kalau kamu pencurinya, tetapi bukti itu ada di tas kamu” terang bu wiwik
Tasya hanya bisa diam menunduk dan menangis.
“sebagai hukumannya,kamu di scores selama satu minggu” bu wiwik memberi hukuman
“tapi bu, saya akan mengikuti olimpiade kimia dah harus mendapatkan pelatihan”
“itu sudah keputusan sekolah, beruntung kamu tidak dikeluarkan” jelas bu wiwik
Tasya hanya menangis dan mencoba menjelaskan kepada Gita. Tetapi Gita hanya diam saja.
“Git,, bukan aku yang mengambil jam tangan kamu” Tasya mencoba menjelaskan
“jujur, aku benar-benar bingung dengan semua ini. Sudah lupakan saja” Gita meninggalkan Tasya.
Selama seminggu Tasya harus menjalani hukuman tidak boleh mengiku mata pelajaran, Tasya menggunakan kesempatan itu untuk belajar dan membantu ibunya berjualan keliling. Dan suasana kelas menjadi sepi tanpa Tasya. Dan Gita hanya ditemani satu sahabat.
“Ci,, kenapa kamu diam saja?” Tanya Gita
“nggak papa kog”
“Kalau ada masalah jangan sungkan-sungkan cerita sama aku ya?”
“Git, ibuku masuk rumah sakit, sakit kanker dan harus segera dioperasi, tapi aku tidak punya uang untuk biaya operasi”
“memangnya berapa ci?”
“dua puluh juta, tabunganku dan tabungan ayahku hanya sepuluh juta”
“kamu sabar ya, nanti pasti saya bantu kog”
“tapi uang sepuluh juta itu kan banyak git!”
“Demi sahabatku aku rela kog”
“terimakasih git, kamu baik sekali, padahal aku jahat banget sama kamu”
“maksud kamu apa Ci? Kamu nggak jahat kog”
“sebenarnya…………” Eci ragu mengucapkan
“sebenarnya apa?”
“sebenarnya aku yang mengambil jam tangan kamu, aku merasa iri dengan kamu. Dan Tasya itu tidak salah, aku hanya merasa kesal karena ia telah mengadukannya kepadamu”. Eci mengaku dan merasa bersalah
“sudahlah” Gita memeluk Eci
“Maafin aku Git”
“iya,, aku maafin kog”
Akhirnya Eci membuat pengakuan kepada bu wiwik, bahwa Tasya tidak bersalah dan ia siap mendapat hukuman.
Keesok harinya Gita dan Eci mendatangi rumah Tasya. Eci meminta maaf atas perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi hal bodoh itu. Hukuman Tasya berakhir karena terbukti tidak bersalah dan Tasya dapat mengikuti olimpiade kimia. Akhirnya mereka bertiga kembali rukun seperti sediakala.









  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar