Friendship
Embun yang menyambut pagi serasa
membuat tubuh dingin bersama semilir-semilir angin mulai merasuki tubuh melalui
celah jendela mobil yang menghantar Gita sekolah. Takkan terlewatkan hari
pertama masuk SMA yang selama ini diidolakan. Rasanya ia tidak sabar mencoba
pengalaman baru dengan suasana baru. Di sekolahnya ia juga mendapatkan sahabat baru,
yaitu Eci dan Tasya. Mereka baru saja
berkenalan saat di kelas.
“Kriiinggggg……” tanda
bel pulang sekolah, seluruh siswa bergegas
keluar dari kelas mereka masing-masing.
Gita Segera merapikan
peralatan tulis yang ada di meja, dan ia langsung keluar dari kelas.
“Gitaaaa” terdengar suara memanggil , Gita mencoba berbalik badan.
“Tasya….”
“ mau pulang??”.
“iya. Kamu pulang naik
apa?” balas Gita.
“naik bus.”
“barengan sama aku aja
ya?” tawar Gita
“boleh,ayoo”.
Akhirnya mereka pulang bersama naik
mobil Gita.
Gita memang anak orang yang kaya, Berangkat
dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi. Meskipun
demikian ia tidak sombong. ia tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Sikap ramah
dan suka menolong itu yang membuat Gita disegani dan memiliki banyak teman.
Diantara kedua sahabatnya itu Gita lebih dekat dengan Tasya. Meskipun Tasya
bukanlah orang kaya seperti Gita, tapi ia seorang yang sederhana, jujur dan apa
adanya. Di sekolah Tasya juga seorang yang berprestasi.
“Krrriiiiinggg……….” Bel
istirahat
Gita, Tasya, Eci
bergegas keluar kelas
“ayo ke kantin” ajak
Gita
“ayooo” Eci setuju
“Ayo sya…” ajak Gita
“tidak, aku lagi tidak
punya uang”
“ya ampun,, kamu nggak
punya uang sya?” ejek Eci
“husss, nggak boleh
gitu,, ya sudah saya traktir aja ya?”
“nggak usah “
“Nggak apa kog, pokoknya
tidak boleh ditolak” tawar Gita
Tasya menyetujui ajakkan
sahabatnya itu. Dalam perjalanan ke kantin terdapat segerombolan siswa yang
melihat papan pengumuman, karena merasa penasaran mereka bertiga menyempatkan
melihat berita yang ditempel di MADING itu.
“Audisi Olimpiade
Kimia?”
“ keren banget, aku
pengen ikut… tapi mahal sekali biaya pendaftarannya!” Tasya mencoba keluar dari
para gerombolan siswa
“itu kan cuma seratus
ribu sya” timpal Eci
“kamu mau ikut sya?”
Tanya Gita
“Enggak kog”
“kamu itu kan pintar sya,
jadi sayang kalau tidak ikut” gita mencoba membujuk
“tapi biayanya mahal,
aku tidak punya uang sebanyak itu”
“sudahlah itu masalah
gampang, yang penting kamu ikut dulu. Oke?”
“iya”
Gita memang suka
menolong sahabat-sahabatnya yang kesulitan. Termasuk mendaftarkan Tasya untuk
seleksi olimpiade Kimia.
“Alhamdulillah “ ungkap
syukur Tasya setelah melihat papan pengumuman sebagai perwakilan sekolah dalam
ajang olimpiade kimia tingkat nasional yang diselenggarakan oleh salah satu
universitas negeri ternama di Surabaya. Inilah kesempatan emas untuk
memenangkan. Hadiahnya pun cukup menggiurkan yakni uang tunai sebesar Rp 10
juta. ini sangat membantu Tasya dalam mencukupi kebutuhan hidup keluarganya
beberapa bulan kedepan. semenjak ditinggal pergi ayahnya sewaktu berusia 3
tahun, ibunya lah yang menjadi tulang punggung keluarga.dan ia harus membantu
orang tuannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk saat ia hanya bisa
berdo’a dan berusaha keras bagaimana memenangkan kompetisi yang dilaksanakan
sebulan mendatang, dan ia tidak ingin mengecewakan sahabat yang telah membantunya
itu.
“ selamat ya sya, kamu
memang hebat” Gita menyodorkan tangan
“terimakasih git, kamu
memang sahabatku yang baik” tasya memeluk Gita.
“selamat sya” tambah Eci
“iya ci, makasih”
“oiza, kemarin papaku
baru pulang dari Dinasnya keluar kota dan membelikanku jam tangan baru, bagus kan?”
“bagus sekali Git,,” Eci
merasa kagum.
“iya bagus” tambah
Tasya.
“Kriiinggggggg………” bel
istirahat sekolah
Tasya terburu-buru karena ada urusan dengan bu Eka. Dalam
perjalanan keluar ia mendapati Eci sedang asyik mengobrol dengan
teman-temannya. Sepintas ia mendengar percakapannya yang sempat terdengar nama
Gita disebut.
“wah jam tangan baru ya
ci” goda teman Eci
“iya donk, buat apa
punya teman orang kaya tapi nggak dimanfaatin”
“maksud kamu apa ci?”
Tanya heran temannya
“itu, aku ambil dari tas
Gita, habisnya barang-barangnya selau baru dan bagus-bagus. Kan buat aku
pengen”
“haaa!!! Jadi kamu
nyuri?”
“biarin”
Mendengar percakapan sahabatnya itu Tasya kaget, ia tidak
menyangka kalau sahabatnya itu tega melakukan kepada temannya sendiri
“Ecii….” Suara Tasya
Dengan kaget Eci menoleh
kearah suara dan ternyata Tasya
“Tasya!! Sejak kapan
kamu disitu?” Eci gugup
“kenapa kamu tega sekali
mengambil barang Gita?”
“siapa suruh pamer
barang di depanku, awas aja kalau kamu berani mengadukan ke Gita” Eci
melantangkan suara.
Eci segera meninggalkan
Tasya.
Tasya merasa dilema. Dalam hati ia ingin memberi tahukan
kepada Gita tetapi dilain sisi ia juga takut akan ancaman Eci. Setelah beberapa
kali ia memikirkan, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahu Gita tentang apa
yang dilakukan Eci.
Tasya bergegas menemui
Gita
“Git,, ada yang ingin aku bicarakan”
“sama sya,”
“sya, jam tangan pemberian papa hilang sya!!
Aku harus gimana donk?”
“ iya itu yang mau aku
bicarakan ke kamu”
“memangnya ada apa sya?”
Tanya Gita
“kemarin aku lihat Eci
sedang ngobrol dengan temannya, dan ternyata dia yang mengambil jam tangan kamu
git”
“tidak mungkin sya, Eci
itu sahabat kita, jadi nggak mungkin ngelakuin itu”
“awalnya aku memang
tidak percaya git”
“kamu jangan bohong sya,
jangan menuduh orang lain tanpa bukti” Gita meninggalkan Tasya
Eci mengetahui
pembicaraan mereka berdua, ia merasa kesal dengan Tasya. Ia berinisiatif
memasukkan jam tangan Gita kedalam tasnya Tasya tanpa sepengetahuan siapa pun.
“ku dengar jam tangan kamu
hilang ya git?”
“iya”
“kita harus lapor ke
guru BK”
“iya”
Akhirnya mereka mengadukan ke guru BK. Dan hari itu pula
dilakukan operasi penggeledahan tas. Satu per satu tas siswa digeledah. Dan
ternyata jam tangan tidak ada di tas Eci, Gita pun merasa lega ternyata bukan
Eci yang mengambil jam tangannya, ia menduga Tasya telah berbohong. Akhirnya bu
wiwik mendapati jam tangan Gita ada didalam tas Tasya.
“apakah ini jam tangan
kamu yang hilang Git?” Tanya bu wiwik
“iiiiya bu”
“kenapa bisa ada di tas
kamu Tasya?” Tegas bu wiwik sambil mengintrogasi
“saaaaya tidak tahu
kenapa ada di tas saya bu” Tasya gugup
“tapi itu buktinya ada
di tas kamu sya, berarti kamu pencurinya” sela Eci
“sekarang kamu ikut saya
ke ruang BK” Ajak bu wiwik
“taapiii buuu” elak
Tasya
“sudah ikut saja”
Di ruang BK Tasya
mendapat introgasi dari bu Wiwik, dan Tasya mencoba menjelaskan yang terjadi.
“saya tahu, dan saya
juga tidak percaya kalau kamu pencurinya, tetapi bukti itu ada di tas kamu”
terang bu wiwik
Tasya hanya bisa diam
menunduk dan menangis.
“sebagai hukumannya,kamu
di scores selama satu minggu” bu wiwik memberi hukuman
“tapi bu, saya akan mengikuti
olimpiade kimia dah harus mendapatkan pelatihan”
“itu sudah keputusan
sekolah, beruntung kamu tidak dikeluarkan” jelas bu wiwik
Tasya hanya menangis dan
mencoba menjelaskan kepada Gita. Tetapi Gita hanya diam saja.
“Git,, bukan aku yang
mengambil jam tangan kamu” Tasya mencoba menjelaskan
“jujur, aku benar-benar
bingung dengan semua ini. Sudah lupakan saja” Gita meninggalkan Tasya.
Selama seminggu Tasya harus menjalani hukuman tidak boleh
mengiku mata pelajaran, Tasya menggunakan kesempatan itu untuk belajar dan
membantu ibunya berjualan keliling. Dan suasana kelas menjadi sepi tanpa Tasya.
Dan Gita hanya ditemani satu sahabat.
“Ci,, kenapa kamu diam
saja?” Tanya Gita
“nggak papa kog”
“Kalau ada masalah
jangan sungkan-sungkan cerita sama aku ya?”
“Git, ibuku masuk rumah
sakit, sakit kanker dan harus segera dioperasi, tapi aku tidak punya uang untuk
biaya operasi”
“memangnya berapa ci?”
“dua puluh juta,
tabunganku dan tabungan ayahku hanya sepuluh juta”
“kamu sabar ya, nanti
pasti saya bantu kog”
“tapi uang sepuluh juta
itu kan banyak git!”
“Demi sahabatku aku rela
kog”
“terimakasih git, kamu
baik sekali, padahal aku jahat banget sama kamu”
“maksud kamu apa Ci?
Kamu nggak jahat kog”
“sebenarnya…………” Eci
ragu mengucapkan
“sebenarnya apa?”
“sebenarnya aku yang
mengambil jam tangan kamu, aku merasa iri dengan kamu. Dan Tasya itu tidak
salah, aku hanya merasa kesal karena ia telah mengadukannya kepadamu”. Eci
mengaku dan merasa bersalah
“sudahlah” Gita memeluk
Eci
“Maafin aku Git”
“iya,, aku maafin kog”
Akhirnya Eci membuat
pengakuan kepada bu wiwik, bahwa Tasya tidak bersalah dan ia siap mendapat
hukuman.
Keesok harinya Gita dan
Eci mendatangi rumah Tasya. Eci meminta maaf atas perbuatannya dan berjanji
tidak akan mengulangi hal bodoh itu. Hukuman Tasya berakhir karena terbukti
tidak bersalah dan Tasya dapat mengikuti olimpiade kimia. Akhirnya mereka
bertiga kembali rukun seperti sediakala.
0 komentar:
Posting Komentar